Alam Sadar
Sabtu, 03 Mei 2014
Minggu, 06 Maret 2011
Angin Malam
ASMA UL HUSNA
Kuseru asma-Mu
Kuhadapkan segenap panah kalbu pada-Mu
Bersama hela nafas dan kepasrahan
Untuk hidup dan matiku yang hanya milik-Mu
Dengan segenap air mata
Kuseru asma-Mu
Kupuju sebagai Yang Maha Agung
Bersama hela nafas pada pengharapan
Untuk hidup dan cita-cita
Dengan segenap usaha dan doa
Kuseru asma-Mu
Kupuja sebagai Yang Maha Tinggi
Bersama mengalirnya darah pada nyawa
Pasrah diri menghadap-Mu
Untuk segenap jiwa
WANITA TUA DAN DEBU
Siapa wanita itu?
Dia terbujur kaku dan membeku
Di meja kayu pasar dengan tubuh membiru
Akhir hayatnya hanya ditemani debu
Mendapati pilu diantara orang-orang yang membisu
Dimana mereka yang menyayanginya di masa lalu?
Dimana anak-anak yang sembilan bulan pernah di rahimnya?
Yang ia sertakan di doa-doanya?
Sebagai tumpuan di hari tuanya?
Wanita tua peminta-minta
Mengisi hari tua dengan kehidupan hampa
Tanpa siapa-siapa, tanpa sanak saudara
Hanya ditemani debu semata
AUS MERADANG
Terhembas badai
Tertusuk karang
Lukaku membusuk dan meradang
Borok ini belumlah kering
Lubangnya menganga dalam
Siapapun belum mampu menyembuhkan
Kian gontai dalam bayangan
Menipu diri di wujud yang nyata
Borok itu terluka dan terus terluka
Hingga aus meradang
MAAFKAN AKU, BAPAK
Pak..., masih adakah kesempatanku membuatmu bahagia?
Meski jiwamu telah tenang di alam sana
Masih adakah makna mampu kuukir pada setiap jejak langkahku?
Meski ragamu telah berkalang tanah
Pak..., aku akan terus berjuang mewujudkan segala impianmu
Meski tak pernah kau saksikan hingga akhir waktumu
Bersama terkuburnya segala asamu tentangku
Karena ragamu telah berkalang tanah
Pak..., andai roda waktu mampu berputar
Aku masih berharap mewujudkan segala keinginannmu
Betapa inginku benar-benar berjuang di atas semua asamu
Tak menjadikan impian kosong di hidupmu tentangku
Pak..., maafkan aku yang tak sempat membahagiakanmu
DUNIA YANG HILANG DI SUATU MASA
Jika aku memiliki bagian terindah dalam hidup
Saat aku pernah mengenalmu
Jika aku pernah merasa kehilangan hidup
Saat kamu lenyap dari penantianku
Sebersit harap kamu kan tetap menemuiku
Meski tak harus di dunia ini
Di dunia lain
Tahukah kamu?
Seringkali aku memilih hidup pada mimpi
Tak nyata namun kita ada
Mengarungi cerita yang kita miliki
Di dunia yang pernah hilang di suatu masa
DALAM NAUNGAN MALAM-MU
Butir-butir bening air mata perlahan luruh dalam kegelapan malam
Melayang jatuh tertembus cahaya milyaran bintang
Menyentuh kalbu para pemuja Tuhan
Dalam sublimasi seribu doa pengharapan
Ada syukur
Ada bahagia
Ada gundah
Ada kecewa
Ada terluka
Dari :
Mereka yang mengurai tasbih tak berujung lisan
Mereka yang melantunkan ayat-ayat-Mu dengan semesta jiwa
Mereka yang selalu terjaga dan berlindung dalam naungan malam-Mu
SEPANJANG HAYAT
Aku yang masih mengejar hari
Berharap kepada mimpi
Aku yang masih berlayar petang
Berharap angin menemukan daratan
Semoga tak hilang haluan
Aku yang tak ingin lelah berjuang
Mencari apa yang harus kucari
Tempat berpijak untuk kedua kaki
Bagi kemudian hari
Agar aku tetap berdiri
Aku yang masih menjalani hari
Berharap esok kan pasti
Meskipun harus terus berlari
Untuk kepastian mimpi
Sampai ringkih nanti
Kuseru asma-Mu
Kuhadapkan segenap panah kalbu pada-Mu
Bersama hela nafas dan kepasrahan
Untuk hidup dan matiku yang hanya milik-Mu
Dengan segenap air mata
Kuseru asma-Mu
Kupuju sebagai Yang Maha Agung
Bersama hela nafas pada pengharapan
Untuk hidup dan cita-cita
Dengan segenap usaha dan doa
Kuseru asma-Mu
Kupuja sebagai Yang Maha Tinggi
Bersama mengalirnya darah pada nyawa
Pasrah diri menghadap-Mu
Untuk segenap jiwa
WANITA TUA DAN DEBU
Siapa wanita itu?
Dia terbujur kaku dan membeku
Di meja kayu pasar dengan tubuh membiru
Akhir hayatnya hanya ditemani debu
Mendapati pilu diantara orang-orang yang membisu
Dimana mereka yang menyayanginya di masa lalu?
Dimana anak-anak yang sembilan bulan pernah di rahimnya?
Yang ia sertakan di doa-doanya?
Sebagai tumpuan di hari tuanya?
Wanita tua peminta-minta
Mengisi hari tua dengan kehidupan hampa
Tanpa siapa-siapa, tanpa sanak saudara
Hanya ditemani debu semata
AUS MERADANG
Terhembas badai
Tertusuk karang
Lukaku membusuk dan meradang
Borok ini belumlah kering
Lubangnya menganga dalam
Siapapun belum mampu menyembuhkan
Kian gontai dalam bayangan
Menipu diri di wujud yang nyata
Borok itu terluka dan terus terluka
Hingga aus meradang
MAAFKAN AKU, BAPAK
Pak..., masih adakah kesempatanku membuatmu bahagia?
Meski jiwamu telah tenang di alam sana
Masih adakah makna mampu kuukir pada setiap jejak langkahku?
Meski ragamu telah berkalang tanah
Pak..., aku akan terus berjuang mewujudkan segala impianmu
Meski tak pernah kau saksikan hingga akhir waktumu
Bersama terkuburnya segala asamu tentangku
Karena ragamu telah berkalang tanah
Pak..., andai roda waktu mampu berputar
Aku masih berharap mewujudkan segala keinginannmu
Betapa inginku benar-benar berjuang di atas semua asamu
Tak menjadikan impian kosong di hidupmu tentangku
Pak..., maafkan aku yang tak sempat membahagiakanmu
DUNIA YANG HILANG DI SUATU MASA
Jika aku memiliki bagian terindah dalam hidup
Saat aku pernah mengenalmu
Jika aku pernah merasa kehilangan hidup
Saat kamu lenyap dari penantianku
Sebersit harap kamu kan tetap menemuiku
Meski tak harus di dunia ini
Di dunia lain
Tahukah kamu?
Seringkali aku memilih hidup pada mimpi
Tak nyata namun kita ada
Mengarungi cerita yang kita miliki
Di dunia yang pernah hilang di suatu masa
DALAM NAUNGAN MALAM-MU
Butir-butir bening air mata perlahan luruh dalam kegelapan malam
Melayang jatuh tertembus cahaya milyaran bintang
Menyentuh kalbu para pemuja Tuhan
Dalam sublimasi seribu doa pengharapan
Ada syukur
Ada bahagia
Ada gundah
Ada kecewa
Ada terluka
Dari :
Mereka yang mengurai tasbih tak berujung lisan
Mereka yang melantunkan ayat-ayat-Mu dengan semesta jiwa
Mereka yang selalu terjaga dan berlindung dalam naungan malam-Mu
SEPANJANG HAYAT
Aku yang masih mengejar hari
Berharap kepada mimpi
Aku yang masih berlayar petang
Berharap angin menemukan daratan
Semoga tak hilang haluan
Aku yang tak ingin lelah berjuang
Mencari apa yang harus kucari
Tempat berpijak untuk kedua kaki
Bagi kemudian hari
Agar aku tetap berdiri
Aku yang masih menjalani hari
Berharap esok kan pasti
Meskipun harus terus berlari
Untuk kepastian mimpi
Sampai ringkih nanti
Minggu, 27 Februari 2011
Angin MAlam
MANUSIA BODOH YANG MEMOHON PADA TUHANNYA
Tuhan...
Apakah aku telah membangun dosa dalam hidup...?
Jika ya?
Ampunilah...
Selaras dalam hidup
Bersahaja tanpa rekayasa
Berlisan tanpa umbar kata
Berjuang tanpa putus asa
Tuhan...
Ternyata aku masih mahluk bodoh
Di antara mahluk cerdas lainnya
Ketika dunia memperkosaku dengan eksistensi diri
Aku tersadar bukan dalam hitungannya
Tuhan...
Aku harus bagaimana...?
Haruskah bertahan terus dalam kebodohan...?
Hingga mereka mampu retakkan otak dan jantungku
Tuhan...
Habis sudah dayaku
Aku berharap keajaiban atas kehendak-Mu
Bukan menjadi manusia bodo
Bukan pula menjadi manusia cerdas
Jadikan aku manusia bijak
Tuhan...
Maafkan aku yang telah mendiktemu...
Tuhan...
Apakah aku telah membangun dosa dalam hidup...?
Jika ya?
Ampunilah...
Selaras dalam hidup
Bersahaja tanpa rekayasa
Berlisan tanpa umbar kata
Berjuang tanpa putus asa
Tuhan...
Ternyata aku masih mahluk bodoh
Di antara mahluk cerdas lainnya
Ketika dunia memperkosaku dengan eksistensi diri
Aku tersadar bukan dalam hitungannya
Tuhan...
Aku harus bagaimana...?
Haruskah bertahan terus dalam kebodohan...?
Hingga mereka mampu retakkan otak dan jantungku
Tuhan...
Habis sudah dayaku
Aku berharap keajaiban atas kehendak-Mu
Bukan menjadi manusia bodo
Bukan pula menjadi manusia cerdas
Jadikan aku manusia bijak
Tuhan...
Maafkan aku yang telah mendiktemu...
Langganan:
Postingan (Atom)