Minggu, 06 Maret 2011

Angin Malam

ASMA UL HUSNA

Kuseru asma-Mu
Kuhadapkan segenap panah kalbu pada-Mu
Bersama hela nafas dan kepasrahan
Untuk hidup dan matiku yang hanya milik-Mu
Dengan segenap air mata 

Kuseru asma-Mu
Kupuju sebagai Yang Maha Agung
Bersama hela nafas pada pengharapan
Untuk hidup dan cita-cita
Dengan segenap usaha dan doa

Kuseru asma-Mu
Kupuja sebagai Yang Maha Tinggi
Bersama mengalirnya darah pada nyawa
Pasrah diri menghadap-Mu
Untuk segenap jiwa

WANITA TUA DAN DEBU
Siapa wanita itu?
Dia terbujur kaku dan membeku
Di meja kayu pasar dengan tubuh membiru
Akhir hayatnya hanya ditemani debu
Mendapati pilu diantara orang-orang yang membisu

Dimana mereka yang menyayanginya di masa lalu?
Dimana anak-anak yang sembilan bulan pernah di rahimnya?
Yang ia sertakan di doa-doanya?
Sebagai tumpuan di hari tuanya?

Wanita tua peminta-minta
Mengisi hari tua dengan kehidupan hampa
Tanpa siapa-siapa, tanpa sanak saudara
Hanya ditemani debu semata

AUS MERADANG
Terhembas badai
Tertusuk karang
Lukaku membusuk dan meradang

Borok ini belumlah kering
Lubangnya menganga dalam
Siapapun belum mampu menyembuhkan

Kian gontai dalam bayangan
Menipu diri di wujud yang nyata
Borok itu terluka dan terus terluka
Hingga aus meradang

MAAFKAN AKU, BAPAK
Pak..., masih adakah kesempatanku membuatmu bahagia?
Meski jiwamu telah tenang di alam sana
Masih adakah makna mampu kuukir pada setiap jejak langkahku?
Meski ragamu telah berkalang tanah

Pak..., aku akan terus berjuang mewujudkan segala impianmu
Meski tak pernah kau saksikan hingga akhir waktumu
Bersama terkuburnya segala asamu tentangku
Karena ragamu telah berkalang tanah

Pak..., andai roda waktu mampu berputar
Aku masih  berharap mewujudkan segala keinginannmu
Betapa inginku benar-benar berjuang di atas semua asamu
Tak menjadikan impian kosong di hidupmu tentangku 

Pak..., maafkan aku yang tak sempat membahagiakanmu

DUNIA YANG HILANG DI SUATU MASA
Jika aku memiliki bagian terindah dalam hidup
Saat aku pernah mengenalmu
Jika aku pernah merasa kehilangan hidup
Saat kamu lenyap dari penantianku

Sebersit harap kamu kan tetap menemuiku
Meski tak harus di dunia ini
Di dunia lain

Tahukah kamu?
Seringkali aku memilih hidup pada mimpi
Tak nyata namun kita ada 
Mengarungi cerita yang kita miliki
Di dunia yang pernah hilang di suatu masa

DALAM NAUNGAN MALAM-MU
Butir-butir bening air mata perlahan luruh dalam kegelapan malam
Melayang jatuh tertembus cahaya milyaran bintang
Menyentuh kalbu para pemuja Tuhan
Dalam sublimasi seribu doa pengharapan

Ada syukur
Ada bahagia
Ada gundah
Ada kecewa
Ada terluka

Dari :
Mereka yang mengurai tasbih tak berujung lisan
Mereka yang melantunkan ayat-ayat-Mu dengan semesta jiwa
Mereka yang selalu terjaga dan berlindung dalam naungan malam-Mu

SEPANJANG HAYAT
Aku yang masih mengejar hari
Berharap kepada mimpi 
Aku yang masih berlayar petang
Berharap angin menemukan daratan
Semoga tak hilang haluan

Aku yang tak ingin lelah berjuang
Mencari apa yang harus kucari
Tempat berpijak untuk kedua kaki
Bagi  kemudian hari
Agar aku tetap berdiri


Aku yang masih menjalani hari
Berharap esok kan pasti
Meskipun harus terus berlari
Untuk kepastian mimpi
Sampai ringkih nanti

Minggu, 27 Februari 2011

Angin MAlam

MANUSIA BODOH YANG MEMOHON PADA TUHANNYA
Tuhan... 
Apakah aku telah membangun dosa dalam hidup...?
Jika ya?
Ampunilah...

Selaras dalam hidup
Bersahaja tanpa rekayasa
Berlisan tanpa umbar kata
Berjuang tanpa putus asa

Tuhan...
Ternyata aku masih mahluk bodoh
Di antara mahluk cerdas lainnya
Ketika dunia memperkosaku dengan eksistensi diri
Aku tersadar bukan dalam hitungannya

Tuhan...
Aku harus bagaimana...?
Haruskah bertahan terus dalam kebodohan...?
Hingga mereka mampu retakkan otak dan jantungku

Tuhan...
Habis sudah dayaku
Aku berharap keajaiban atas kehendak-Mu
Bukan menjadi manusia bodo
Bukan pula menjadi manusia cerdas
Jadikan aku manusia bijak

Tuhan...
Maafkan aku yang telah mendiktemu...